Setiap petani tentu mendambakan “Lahan Subur, Panen Makmur.” Namun, mimpi ini tidak datang begitu saja. Ada rahasia di balik keberhasilan tersebut, yaitu perawatan lahan pertanian yang efektif dan konsisten. Perawatan yang tepat adalah fondasi utama yang memungkinkan tanah memberikan hasil optimal secara berkelanjutan.
Salah satu kunci rahasia untuk menciptakan Lahan Subur adalah manajemen bahan organik tanah. Bahan organik, seperti sisa tanaman, pupuk kandang, atau kompos, bertindak seperti “emas hitam” bagi tanah. Ia meningkatkan struktur tanah, membuatnya lebih gembur dan mampu menahan air serta nutrisi dengan lebih baik. Mikroorganisme tanah yang bermanfaat juga berkembang biak di lingkungan kaya bahan organik, membantu mengurai materi dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Praktik seperti penanaman pupuk hijau (tanaman yang dibenamkan kembali ke tanah) atau penggunaan mulsa secara konsisten akan sangat membantu dalam menjaga dan meningkatkan kandungan bahan organik. Sebuah laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada Januari 2025 menunjukkan bahwa lahan dengan kandungan bahan organik di atas 2% memiliki produktivitas 30% lebih tinggi dibanding lahan dengan kandungan di bawah 1%.
Kemudian, untuk menjaga Lahan Subur dan produktif, penting untuk menerapkan rotasi tanaman yang terencana. Menanam jenis tanaman yang sama berulang kali di lahan yang sama dapat menguras nutrisi tertentu dan memicu penumpukan hama serta penyakit spesifik. Dengan merotasi tanaman – misalnya, dari jagung ke kedelai lalu ke padi – petani dapat memutus siklus hidup hama, menyeimbangkan penggunaan nutrisi tanah, dan bahkan menambahkan nitrogen ke dalam tanah jika menanam legum. Ini adalah strategi cerdas yang secara alami meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah.
Selain itu, manajemen air yang efisien juga berkontribusi pada terciptanya Lahan Subur. Air adalah elemen vital, namun kelebihan atau kekurangan air dapat merusak. Penggunaan sistem irigasi yang tepat guna, seperti irigasi tetes, dapat menghemat air sekaligus memastikan tanaman mendapatkan pasokan yang cukup. Praktik konservasi air, seperti pembuatan terasering atau penanaman tanaman penutup, juga membantu tanah menyerap dan menahan air lebih baik, mengurangi risiko kekeringan atau genangan. Dengan menggabungkan manajemen bahan organik, rotasi tanaman, dan manajemen air yang efektif, petani tidak hanya menciptakan “Lahan Subur,” tetapi juga memastikan “Panen Makmur” yang berkelanjutan dari waktu ke waktu.